Sabtu, 24 Agustus 2019

AKUNTANSI INTERNASIONAL PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA


AKUNTANSI INTERNASIONAL
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA




Oleh :

KELOMPOK VII
Ni Wayan Ayu Baskarini                1615644012
Ni Wayan Desy Widhi Utami                   1615644041

                                                  

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang

Dalam perkembangan ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam adanya inflasi dalam perubahan harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat sederhana sebagai kenaikan tingkat harga rata-rata untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari fenomena ini. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli akibat perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial antara suatu negara dengan negara lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil operasi oleh efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini yang memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan  bisnis secar signifikan, terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna pada politik global dalam kemajuan saat ini.
Pelaporan keuangan merupakan bagian penting dari perusahaan, pelaporan merupakan bukti pertanggungjawaban perusahaan. Dalam tinjauan ekonomi makro, terdapat factor-faktor dari eksternal perusahaan yang mampu mempengaruhi nilai atau aangka dari pelaporan keuangan, seperti perubahan harga. Perubahan harga adalah hal mutlak yang terjadi dalam suatu Negara yang dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kebijakan kurs mata uang, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya. Harga yang mengalami sifat mudah berfluktuasi memberikan dampak terhadap perusahaan, misalnya harga suatu barang yang ketika dibeli (histori) mengalami peningkatan ketika hendak dijual sehingga perlunya penyesuaian agar dapat memperoleh penghasilan yang relevan.

B.        Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan perubahan harga?
2.      Mengapa Laporan Keuangan dapat menyesatkan pada saat terjadi perubahan harga?
3.      Apa saja jenis penyesuaian Inflasi yang dapat dilakukan?
4.      Bagaimana pendekatan akuntansi inflasi di beberapa negara di dunia?
5.      Bagaimana pandangan IASB terhadap Akuntansi Inflasi?



BAB II
PEMBAHASAN


A.        Definisi Perubahan Harga

Terdapat 2 istilah dalam perubahan harga yang harus dipahami yaitu:
1.      Perubahan Harga Umum
Terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi, sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi.
2.      Perubahan Harga Spesifik
Mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Jadi, laju inflasi per tahun dalam suatu negara mungkin berkisar 5%. Sementara harga satu unit apartemen dengan satu kamar tidur mungkin meningkat sebesar 50% selama periode yang sama.

B.        Alasan Laporan Keuangan Pada Masa Perubahan Harga Berpotensi Menyesatkan

Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan dibesarkannya laba. Dari sudut pandang manajemen, keakuratan pengukuran ini mendistorsi:
·         Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
·         Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
·         Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Hal-hal tersebut di atas kemudian menyebabkan laba :
·         Kenaikan dalam proporsi pajak
·         Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
·         Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
·         Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar)
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (dalam bentuk pajak, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumber daya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh di masa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis. Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
1.      Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2.      Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3.      Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta. Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

C.        Jenis Penyesuaian Inflasi

Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan.
1.      Penyesuaian Tingkat harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut mata uang konsatan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh sebab itu,  jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Indeks harga merupakan suatu rasio biaya dimana pembilang / numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive pada akhir tahun 1 (tahun dasar – awal tahun 2) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian (awal tahun 3), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian (akhir tahun 3), maka indeks tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.
Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana :
GPL     = indeks harga umum
c           = periode kini
td         = tanggal transaksi
PPE     = ekuivalen daya beli umum

2.      Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvesional dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.

3.      Biaya Kini Yang Disesuaikan Dengan Tingkat Harga Umum
Model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga umum menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan, untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Model ini memiliki ciri khas yakni pengungkapan perubahan biaya kini dari aset nonmoneter perusahaan setelah dikurangi inflasi untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset nonmeneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.


D.        Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara

1.      Amerika Serikat
Pada  tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 miliar, untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar untuk leporan keuangan utama. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan, bahwa:
a.       Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan
b.      Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar
c.       Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi dimasa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk 5 tahun terakhir :
a.       Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya.
b.      Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
c.       Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih.
d.      Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum).
e.       Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
f.       Aktva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini.
g.      Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini.
h.      Dividen per saham biasa.
i.        Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
j.        Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.

2.      Inggris
Komite Standar Akuntans Inggris (ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam dua hal utama. Pertama, apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini utnuk pelaporan eksternal. Kedua, apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
a.       Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
b.      Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
c.       Menyajkan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.

3.      Brazil
Inflasi seringkali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brazil di masa lalu dengan hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif. Meskipu tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsionalnya.

E.        Sudut Pandang IASB Terhadap Akuntansi Inflasi

IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. Secara khusus laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
  1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
  2. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini.
  3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
  4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan.




F.         Hal-hal  Terkait Inflasi

Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan inflasi:
·         Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih mengukur pengaruh inflasi.
·         Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
·         Akuntansi inflasi luar negeri.
·         Menghindari fenomena kejatuhan ganda.

1.      Laba dan Rugi Inflasi
Laba atau rugi atas pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkam diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memeandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain. Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian.
Pendekatan di Brazil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.

2.      Laba dan Rugi Modal
Akuntansi nilai kini membagi total laba menjadi dua kategori, yaitu laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan keuntungan yang belum direlasisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non-moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu, proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peraltan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kanaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan lengsung dalam laba.

3.      Inflasi Asing
Di Amerika serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.

4.      Menghindari Double-Dip
Ketika menyajikan ulang laporan perusahaan yang bertempat di luar negeri terhadap inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan (paling tidak dalam jangka pendek). Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.




BAB III
PENUTUP


A.        Kesimpulan

Berdasarkan materi kami menyimpulkan bahwa perubahan harga sangat erat kaitannya denga pelaporan keuangan. Seiap perusahaan yang melakukan transaksi jual beli jasa/barang akan diperhadapkan pada masalah perubahan harga baik itu inflasi (kenaikan harga) maupun deflasi(penurunan harga). Perubahan harga menimbulkan perbedaan biaya dalam suatu asset ataupun nilai dari laba perusahaan. Sehingga metode yang diterpakan oleh beberapa negara untuk mengakui perubahan harga (akuntansi inflasi) yakni General Price Level Adjustment  (penyesuaian harga umum dan Current Cost Accounting (biaya saat ini atau terkini). Dengan mengakui perubahan harga akan memaksimalkan keuntungan dan menghindari perhitungan biaya depresiasi yang tidak relevan. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkap laporan keuangan. Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis, dan (2) akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.