Selasa, 31 Maret 2015

Cerpen Bahasa Indoneia

Seragam Loreng
Aku tak tahu kemana hari esok aku akan melangkah, sementara malam ini terasa sangat gelap tiada celah tuk temukan secercah cahaya. Terpuruk dalam dua pilihan yang benar-benar membuat jiwaku tergoncang seperti berada di tebing yang sangat curam dan tiada tepi untuk ku berpegangan. Badai kehidupan telah mengusik ketentraman dan ketenangan hatiku. Lulus dengan peringkat terbaik membuatku sulit tuk menentukan pilihan.  Banyak faktor yang harus kupikirkan untuk memutuskan kemana aku akan melanjutkan studyku. Aku meminta pertimbangan dari ayah dan ibuku. Ayahku berharap aku bersekolah di sekolah “Bidik Simisi” sehingga dapat meringakan beban beliau, begitu pula dengan Ibuku yang setuju dengan pertimbangan yang diajukaan ayah, meskipun tak rela anak perempuan satu-satunya jauh dari sanak saudara. Namun aku tidak memiliki keinginan untuk bersekolah jauh dari kampung, terlebih untuk meninggalkan keluarga dan sanak saudaraku.
Pertentangan hebat pun terjadi, hatiku berkecambuk menentang setiap ide yang muncul hingga memerlukan proses yang lama tuk temukan titik terang dalam diriku sendiri. Hingga fajar menyingsing pun aku tak menemukan ujung dari gejolak ini. Tak sampai disini saja, aku juga mengalami pertentangan sesama sahabatku demi menemukan solusi dari masalahku ini. Hingga dengan sangat berat hati aku mengabaikan harapan Ayahku dan kuambil keputusan hasil dari pertimbangan yang telah kupikirkan matang-matang. Kuputuskan untuk melepas “Bidik Simisi” dan memilih salah satu sekolah yang dekat dengan rumahku. Aku tahu keputusan ini mengukir kekecewaan yang begitu besar dalam benak keluargaku terutama orang tuaku. Awalnya tak ada yang menerima keputusanku, tak ada yang mempercayai impianku termasuk keluarga, teman maupun sahabat-sahabatku. Aku melangkah sendirian tanpa restu dan dukungan siapapun. Semua orang yang melihat mengacuhkanku, memandang sebelah mata apa yang aku lakukan. Mereka berpikir bagaimana mungkin seseorang yang bersekolah di SMK mampu menembus Angkatan Seragam Loreng, bukankah lebih baik apabila bersekolah di sekolah yang pembelanjarannya masih secara umum. Sempat ku putus asa dan melemahkan keputusanku, tersirat dibenakku betapa hinanya aku dihadapan mereka, hingga pada suatu hari aku bertemu dengan seseorang yang berjiwa besar. Aku mengenalnya dari forum kepemudaan daerah, namanya Ratam seorang pemuda yang bergelut di bidang kesenian. Ia adalah seorang pemuda yang sangat mencintai gamelan.
            Ratam berhasil membangkitkan semangatku dan ia membantuku untuk mempercayai impianku. Dengan sepenuh hati dia membimbing dan menasehatiku. Hal itu ia lakukan karena ia juga pernah merasakan hal yang sama denganku. Ketika ia lulus SMA dan masuk Institut Kesenian tak ada yang mendukung keputusannya. Ia memotivasi dirinya sendiri dan berjuang untuk membuktikan bahwa pilihannya tidak salah. Ia membuktikan bahwa Kerawitan bisa membawa ia dalam kesuksesan. Ia adalah sosok yang tegar dan kuat, meskipun di tengah-tengah ketidakharmonisan ia mampu maju dan berkembang melalui hobbynya tersebut. Satu kalimat yang membuat ku tercengang dan selalu menelusup sanubariku yang selalu bisa hapuskan kebimbanganku “Bahwa masa depanmu bersamamu, keyakinan dan doamu adalah kekuatan tuk capai semua citamu disamping restu orang tuamu”.
Dari cerita Ratam lah aku menjadi terinspirasi dan memiliki tekad yang kuat untuk membuktikan kepada orang-orang yang selama ini meremehkan pilihanku. Aku mulai menyusun inisiatif untuk menunjukkan bahwa pilihanku benar dan aku bisa berhasil dengan bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan. Semangat dan motivasi terus muncul dalam diriku, Ratam tersenyum melihat hal itu. Ia juga menyarankan agar aku meyankinkan orang tuaku tentang impianku ini. Dengan semangat yang menggebu-gebu dan jiwa yang menggelora aku berbicara dan meyakinkan orang tuaku bahwa pilihanku benar dan tidak ada yang mustahil didunia ini. Akhirnya ayah dan ibuku luluh dan mulai sepenuh hati mempercayai cita-citaku ini. Langkahku semakin mantap tuk melalui pendidikan di SMK kemudian wujudkan cita-citaku berbekal restu dari keluarga terutama ayah dan ibuku begitu pula semangat dan motivasi dari pemuda Kerawitan tersebut. Tak perduli lagi apa kata orang diluar sana tentang impianku, yang jelas ini adalah pilihanku dan aku yang menentukan kemana aku akan melangkah. Aku yakin aku akan selamat walaupun aku berjalan tak searus dengan mereka. Ku ikuti semua kegiatan di sekolah dengan seksama dan penuh semangat. Semester demi semester kulalui dengan hasil yang sangat memuaskan bagiku. Di samping itu aku juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dalam persiapan untuk mewujudkan cita-citaku. Perlahan namun pasti persiapanku sedikit demi sedikit semakin matang. Tak lupa ku mengucap syukur atas anugrah Tuhan ini, dan selalu mohon tuntunan dan perlindungan Beliau.

Tiga tahun hampir berlalu, aku semakin dekat dengan tujuanku. Tiba waktunya aku mengikuti seleksi. Dengan penuh semangat aku menyongsong hari yang aku nanti-nanti. Aku mengikuti tes dengan percaya diri, tak ada keraguan untukku mengikuti seleksi tersebut hingga seleksi tuntas aku lewati satu persatu. Kini tinggal menunggu hasil tes, aku berdoa dan dengan harap-harap cemas menunggu hasil tes tersebut keluar. Ketika pengumuman kelulusan, betapa senangnya hatiku, aku lulus Angkatan seragam Loreng ini dengan peringkat terbaik. Aku sangat bangga dengan pencapaianku ini, hal ini juga membuktikan bahwa impian dan keputusanku tiga tahun yang lalu bukanlah keputusan yang mustahil. Aku bisa mengenakan “Seragam Loreng TNI” perisai Negara Indonesia dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Semua ini bisa kuraih berkat keyakinan dan tekad yang kuat disamping motivator ku yang paling berjasa “Ratam”. Dan yang tak kalah penting perannya adalah doa dan restu dari orang tuaku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan kedamaian dalam berkomentar :)
Thanks for read guys :*