Senin, 15 Juni 2015

Kacamata Kita

Hello guys :)
Kemarin temen-temen IXA pas SMP reunian. Walaupun gak komplete yang hadir, tapi acara reuniannya tetep seru. Reunian yang direncanain dari awal masuk sekolah menengah atas, terus ketunda-tunda sampai akhirnya mentok tanggal 13 Juni kemaren. Kita iuran buat acara manggang, makan-makan bareng dan tentunya dokumentasi reunian. Ngeliat temen-temen yang udah pada berkembang pesat, ada yang dulunya kerdil udah tinggi, yang suaranya unyu-unyu sekarang udah nyeremin, yang lemot udah ngegas aja, banyak deh perubahannya. Awalnya aku kira akan seperti acara jangkrik nyanyi, tapi yang membuat aku terkesan adalah semangat dan rasa kekeluargaan mereka yang tak pernah berubah, walaupun sudah tak saling menyapa selama dua tahun belakangan, kekonyolan, keanehan, dan hal-hal menghebohkan dalam kelas tersimpan baik di memori mereka. Flashback tentang cerita guru-guru lucu pas ngajar di kelas, flashback tentang cinta pas SMP bikin pecah suasana. Apalagi prosesi manggang ayam, ntah sepertinya tak ada yang berbakat diantara cowok-cowok ganteng itu (gosong). Bemodal keterampilan absurd yang mereka miliki (Bayu, Jarjit, Pande, Fajar, dan Diva) berusaha menguji kemampuan Bapak Rumah Tangganya. Sepertinya mereka membuat para santapan itu tersiksa, abu api yang tak jelas dan panggangan yang absurd total. Dan hasilnya panggangan jadi setengah mateng dan ga jelas rasanya. Ada Bayu yang manggang terasi tapi malah dijatuhin. Di sesi lain, para tante-tante cantik lagi buat sambal (di Bali dibilang sambal matah/sambal cicang), Ya itu potongan bawang yang kaya potongn tempe goreng, pas nyampur sama bahan yang lain sampe rasanya begitu absurd. ditambah bocah dengan keisengannya yang bikin sambal tambah absurd. 
Terlepas dari semua itu, aku kagum dengan mereka, keluarga besar IXA ku, keluarga yang kompak, keluarga yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita yang berada di dalamnya. Dengan minimnya pengalaman mereka menuangkan kasih dalam  santapan yang dinikmati bersama. Ketulusan yang mereka miliki, merangkul teman-teman yang jatuh untuk berdiri bersama-sama. Tatapan mata yang bening, mengatakan betapa menyenangkannya hari ini, betapa berharganya waktu yang terlewati bersama-sama. Cerita-cerita yang terselip dalam lembaran kebahagiaan.
Kemarin juga datang seorang teman, teman yang begitu tegar menghadapi keganasan hidup. Seperti jiwa yang kesepian, tanpa semangat sedikitpun. Sekali lagi ujian datang kepadanya, teman yang seperti kehilangan arah.. keluarga yang saat itu sedang bersama berusaha menghiburnya, mengatakan semua akan baik-baik saja. Keluarga yang penuh kekhawatiran akan senyumnya waktu itu. Jika boleh aku mengatakan, aku seperti ingin menangis melihat keadaannya, ingin memeluknya dan berada disisinya, Ntah sebagai teman, sahabat atau siapapn. Ia adalah teman yang begitu ceria, penuh dengan kegembiraan dan kesederhanaan, walaupun sifat itu tetap ada tapi aku merasa semua adalah kepura-puraan. Seperti ia ingin menangis dan mengatakan kesedihannya pada dunia. Aku kagum akan kekuatannya itu, menjaga dirinya agar tak membuat orang lain khawatir melihatnya. Seolah-olah ia baik-baik saja. Tapi mata seseorang tak akan bisa berbohong untuk sesuatu yang besar seperti itu.
Tak banyak yang kuat seperti teman itu, dan tak banyak keluarga yang masih hangat seperti IXA setelah berpisah begitu lama. Menempuh masa depan dan mencari jati diri masing-masing dengan tetap mau berbagi dan memikul kesedihan keluarga lainnya. Kalian adalah kekuatan, kalian adalah inspirasi, lewat perjumpaan ini aku melihat bagaimana ketulusan, kasih sayang, dan kesetiaan kalian kepada keluarga yang pernah kalian miliki, Memberi dorongan untuk tetap maju dan bersyukur pada kita yang masih memiliki keluarga utuh dan bersedia menjadi keluarga untuk teman yang sedang dalam goncangan. 

Minggu, 14 Juni 2015

Nothing

Ketika semua kurasa sudah berakhir, aku tak tahu kenapa aku meneteskan air mata untuk seseorang yang sama sekali tak menganggapku. Aku diam dalam ketidakpastian dan berjuang tanpa harapan yang pasti. Sifatnya membuatku lelah, aku tak tahu kemana hari ini aku haru mengadu. Aku sudah benar-benar lelah untuk semua ini, aku rasa hanya hidup untuk mengelilinginya tanpa ada harapan untuk disentuh. Aku seperti seseorang yang membuntuti tanpa ada orang yang mau mengerti kenapa aku memperhatikannya. Di tengah kepura-puraan untuk tetap tegar. Seolah dia bahagia dengan dunianya. Begitu mudah melewatkan. Bahkan untuk sesuatu yang kecil terabaikan. Tuhan.. desy med, desy med kaya gini terus. Sampai kapan aku harus berputar seperti ni? Orang yang kurindukan membeciku, tak perduli seberapa keras aku berusaha, ini seperti terlewatkan begitu saja. Aku ingin berhenti, tapi ada apa dengan tubuhku yang selalu menuntunku kearahnya. Ak lelah terjebbak Tuhan, dia membenciku tapi rasa yang ada tak bisa kubendung meski aku berusaha mengabaikannya. Mengapa begitu sulit kebekuan ini cair? Mengapa aku bertahan untuk orang yang sama sekali tak menggubrisku. Lihat betapa bahagianya ia bersama kekasihnya, apa yang aku lakukan? Menganguminya dari jauh? Selalu membela dan mengatakan kebaikannya kepada semua orang yan menanggapnya buruk? Apakah aku bodoh? Semakin aku bertanya mengapa aku disini, aku semakin tak bisa menemukan jawaban. Setiap hari mengakui bisa menerima keadaan dan tersenyum melihatnya bersama oran lain, tapi mengapa hari ini aku menangis? Kulihat percakapan itu, kata-kata yang pernah ku lontarkan untuknya. Kalimat-kalimat yang membuatku akrab dengannya, entah apa yang kupikirkan. Mengapa aku bersedih? Aku bukan bagiannya lagi, aku sudah dilempar jauh dari hidupnya, aku bukan lagi kesayangan, bukan lagi adik yang selalu dimanja bukan lagi gadis kecil dalam pelukannya. Tapi aku merindukan kata-kata itu, aku iri dengan orang-orang yang bisa menghabiskan waktunya bersamamu, menikmati senyummu dan kehangatan hatimu. Aku benci keadaan ini, keadaan yang tak pernah kubayangkan saat bersamamu dulu.

Jumat, 12 Juni 2015

Tanggal sama tahun berbeda. Asal Scrible!!!

Hello 13 Juni :D
Sepertinya kamu datang dengan jadwal yang sama seperti tahun lalu. Yah, tanggal Pembukaan Pesta Kesenian Bali yang ke sekian (gak tau yang keberapa :D) saat seseorang yang ku gagumi mengisi acara itu. Mungkin mengesankan bagi saya datang ke  tempat yang jauh dari pandangan saat usia yang belum mencukupi untuk memiliki SIM. Berawal dari hanya ingin menyaksikan menjadi bibit kenekatan untuk saya berkendara jauh untuk pertama kalinya, berkendara di tengah keramaian saat saya belum benar-benar tahu bagaimana cara berkendara yang baik. Awalnya aku pergi mengajak teman sekolahku, tapi mereka memilih untuk pergi bersama pacarnya, akhirnya jomblo pun pergi sendiri. Berbekal pengalaman jalan-jalan dengan seseorang, aku beranikan diri, meski beberapa kali hampir tertabrak dan ngerem mendadak karena belum terbiasa dengan jalanan yang ramai dan riuh. Aku pikir aku tak akan sampai, nyasar berkali-kali, dan rasanya ingin menangis. Terlantar seperti gembel, orang yang konyol rela menaruhkan keselamatan hanya untuk sebuah pertunjukan itu. Beruntung aku mempunyai kakak yang setia, meski ia sering memarahiku ketika aku bertindak nekat dan bodoh hanya untuk orang yang tidak menghiraukanku. Berulangkali bercakap agar aku menyerah, tapi aku tak pernah perduli ucapannya, yang aku tahu aku hanya ingin melihatnya, melihat ia bersama impiannya, bersama hal yang membuatnya bahagia. Aku senang melihat laki-laki yang gembira dalam impiannya, meski aku tahu aku bukan salah satu dri itu lagi.
Hari itu adalah hari Jumat tepat satu bulan aku putus dengan laki-laki itu, sebut saja namanya Ratam. Aku begitu mengaguminya, sejak awal aku masuk sekolah menengah atas. Terdengar seperti dongeng memang, tapi entah kenapa yang terjadi seakan mengikuti imajinasiku yang membuat aku semakin gila. Aku nekat berkendara tanpa SIM, untuk melihat pertunjukkannya, dan setelah itu ia mengucapkan terimakasih untuk orang lain dan dengan jelas mengatakannya padaku bahwa orang itu kekasih barunya. Menyedihkan bukan? Mengejar gelembung yang terbang dan menyatu dengan udara. Aku berfikir ada yang salah dengan angka 13, munkin aku sudah percaya dengan mitos angka sial itu. Sesuatu yang buruk beberapa kali terjadi di tanggal itu. Bertengkar, berpisah, punya pacar baru, diabaikan dan hal konyol lainnya.
Impian yang indah melayang tanpa tujuan, entah akan ku gapai atau tidak. Aku ingin menyerah tapi aku masih ingin melakukannya. Aku ingin berhenti tapi aku masih ingin terus berjalan. Aku ingin berpindah tapi tak ada persimpangan yang ku temui. Jika dibilang jalan buntu, aku masih memiliki pandangan yang luas di depanku. Jika bukan jalan buntu, mengapa yang ada hanyalah kisaran hidupnya. Apa yang tak bisa kutemui pada orang lain? Apa yang Ratam miliki hingga ia begitu istimewa? Kenapa posisimu begitu sulit untuk ku geser dari prioritasku? Kenapa aku  menginginkanmu meski aku mengabaikannya? Apa kehebatanmu? Apa yang membuatku tak mudah meleas ini semua?
Memiliki sahabat-sahabat yang baik, aku sangat bersyukur, tapi aku tak pernah berfikir apa aku benar-benar bahagia seperti sebelumnya. Aku tak tahu apa yang membuatku benar-benar senang. Aku tak tahu apa tawa ini benar-benar kesenangan. Tidakkah hanya untuk terlihat baik-baik saja. Meskipun aku tahu jawabannya, aku tak yakin orang-orang mau mngerti. Jika aku lebih suka keheningan, lebih suka melakukan sesuatu sendiri, orang lain memandangku sebagai orang yang angkuh, dingin, bengis, dan tak tahu ampun. Terlepas dari tiu, aku melihat orang lain menikmati dengan santai, bahkan saat ia tak mengerjakan tugas, saat ia mendapat nilai yang bagus dari kecurangan, mereka tak punya rasa bersalah sedikitpun. 
Sampai detik ini, aku belum tahu apa yang aku inginkan, akan seperti apa hidupku dimasa depan. Bagaimana aku merencanakan semuanya. Memikirkan itu semua, sudah membuatku seperti oang tua. Tapi kenapa, aku masih dianggap bermain-main, aku tak punya waktu untuk bercerita kepada mereka, meminta saran untuk masa depanku dan mungkin aku tak memiliki banyak keberqanian untuk itu. Aku keras kepala, meski aku salah, aku tak yakin berapa orang yang mampu dengan baik menangani sifatku, tapi belakangan aku lebih berusaha diam, meskipun setelahnya sedikit membuat rasa sakit karena aku tak mengungkapkannya. Walaupun melelahkan sesuatu yang indah pasti akan terjadi.
Hari ini tanggal 12 Juni 2015, entah apa yang akan terjadi 13 esok hari. Apakah akan sama seperti 13 Juni sebelumnya. Saat aku benar-benar berharap kepada seseorang, justru aku dilepas begitu saja. Bahkan ia terlhat begitu bahagia setelah apa yang dilakukan. Kadang itu membuatku benci dengan laki-laki. Benci terikat dengan sesuatu. Dan aku tak tahu apakah aku benar-benar dalam keadaan baik hari ini. Mungkin aku jahat, karena mendoakan eseorang yang menjalin hubungan baik. Aku egois meminta segalanya pada Tuhan. Entah itu kebahagiaan sesaat atau abadi. Myone...
Good Night, asal Scrible