Sabtu, 01 Agustus 2015

Impian

Congratss to Ari :)
Hebat bisa pertukaran pelajar ke USA. Temen yang sering aku ajak lomba dan selalu terseli jadi juara, dan sekarang bener* juara kamu Rix :)
Yah semoga dengan berita ini, aku jadi lebih termotivasi, biar gak jadi standar, biar bisa ngejar target. Lebih tekun belajar, semangat buat ningkatin kualifikasi ketrampilanku. Meskipun masih gabeng mau kemana, tapi tetep optimis bisa raih cita-cita pertama. Tetap optimis bisa, meskipun aku tahu ada yang menjanggal. "Nothing is impossible" tak ada yang tidak mungkin.
Tapi setiap aku membayangkan dunia, seperti tak ada kulihat, semuanya suram. Bahkan untuk membayangkan apa yang terjadi lima menit nanti. Mungkin segelap itukah? Bayangan tentang masa depan dan ketakutan untuk menghadapinya? Ntah apa yang membuat itu menjadi begitu menakutkan. Karena kompas yang rusak atau matahari enggan lagi terbit. Semua itu akan terjawab esok hari. Esok ketika terbangun dari lelap terbangun dari karma perbuatan kemarin. Bagaimana kerasnya hidup, mencari hal yang sama dengan langkah yang berbeda. Entah mana yang akan berhasil dan mana yang akan tersandung karena langkahnya. Semua masih menjadi teka-teki, masih menjadi misteri ketika aku tak punya keyakinan untuk bersungguh-sungguh tentang hal itu. Bagaimana menghadapi badai jika tak berpijak dengan baik. Bagaimana bisa melihat bintang, jika hanya berharap mendung menghilang. Sama seperti perhatian jika kamu mengabaikan maka kamu juga akan terabaikan. Dunia tak butuh harapan tapi dunia butuh tindakan. Tindakan yang membuatmu di kenal dunia (dengan baik) tindakan yang membuatmu dihargai oleh dunia. Walaupun bukan dunia yang luas, tapi itu adalah awal kamu menggenggamnya denan tanganmu.

Senin, 15 Juni 2015

Kacamata Kita

Hello guys :)
Kemarin temen-temen IXA pas SMP reunian. Walaupun gak komplete yang hadir, tapi acara reuniannya tetep seru. Reunian yang direncanain dari awal masuk sekolah menengah atas, terus ketunda-tunda sampai akhirnya mentok tanggal 13 Juni kemaren. Kita iuran buat acara manggang, makan-makan bareng dan tentunya dokumentasi reunian. Ngeliat temen-temen yang udah pada berkembang pesat, ada yang dulunya kerdil udah tinggi, yang suaranya unyu-unyu sekarang udah nyeremin, yang lemot udah ngegas aja, banyak deh perubahannya. Awalnya aku kira akan seperti acara jangkrik nyanyi, tapi yang membuat aku terkesan adalah semangat dan rasa kekeluargaan mereka yang tak pernah berubah, walaupun sudah tak saling menyapa selama dua tahun belakangan, kekonyolan, keanehan, dan hal-hal menghebohkan dalam kelas tersimpan baik di memori mereka. Flashback tentang cerita guru-guru lucu pas ngajar di kelas, flashback tentang cinta pas SMP bikin pecah suasana. Apalagi prosesi manggang ayam, ntah sepertinya tak ada yang berbakat diantara cowok-cowok ganteng itu (gosong). Bemodal keterampilan absurd yang mereka miliki (Bayu, Jarjit, Pande, Fajar, dan Diva) berusaha menguji kemampuan Bapak Rumah Tangganya. Sepertinya mereka membuat para santapan itu tersiksa, abu api yang tak jelas dan panggangan yang absurd total. Dan hasilnya panggangan jadi setengah mateng dan ga jelas rasanya. Ada Bayu yang manggang terasi tapi malah dijatuhin. Di sesi lain, para tante-tante cantik lagi buat sambal (di Bali dibilang sambal matah/sambal cicang), Ya itu potongan bawang yang kaya potongn tempe goreng, pas nyampur sama bahan yang lain sampe rasanya begitu absurd. ditambah bocah dengan keisengannya yang bikin sambal tambah absurd. 
Terlepas dari semua itu, aku kagum dengan mereka, keluarga besar IXA ku, keluarga yang kompak, keluarga yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita yang berada di dalamnya. Dengan minimnya pengalaman mereka menuangkan kasih dalam  santapan yang dinikmati bersama. Ketulusan yang mereka miliki, merangkul teman-teman yang jatuh untuk berdiri bersama-sama. Tatapan mata yang bening, mengatakan betapa menyenangkannya hari ini, betapa berharganya waktu yang terlewati bersama-sama. Cerita-cerita yang terselip dalam lembaran kebahagiaan.
Kemarin juga datang seorang teman, teman yang begitu tegar menghadapi keganasan hidup. Seperti jiwa yang kesepian, tanpa semangat sedikitpun. Sekali lagi ujian datang kepadanya, teman yang seperti kehilangan arah.. keluarga yang saat itu sedang bersama berusaha menghiburnya, mengatakan semua akan baik-baik saja. Keluarga yang penuh kekhawatiran akan senyumnya waktu itu. Jika boleh aku mengatakan, aku seperti ingin menangis melihat keadaannya, ingin memeluknya dan berada disisinya, Ntah sebagai teman, sahabat atau siapapn. Ia adalah teman yang begitu ceria, penuh dengan kegembiraan dan kesederhanaan, walaupun sifat itu tetap ada tapi aku merasa semua adalah kepura-puraan. Seperti ia ingin menangis dan mengatakan kesedihannya pada dunia. Aku kagum akan kekuatannya itu, menjaga dirinya agar tak membuat orang lain khawatir melihatnya. Seolah-olah ia baik-baik saja. Tapi mata seseorang tak akan bisa berbohong untuk sesuatu yang besar seperti itu.
Tak banyak yang kuat seperti teman itu, dan tak banyak keluarga yang masih hangat seperti IXA setelah berpisah begitu lama. Menempuh masa depan dan mencari jati diri masing-masing dengan tetap mau berbagi dan memikul kesedihan keluarga lainnya. Kalian adalah kekuatan, kalian adalah inspirasi, lewat perjumpaan ini aku melihat bagaimana ketulusan, kasih sayang, dan kesetiaan kalian kepada keluarga yang pernah kalian miliki, Memberi dorongan untuk tetap maju dan bersyukur pada kita yang masih memiliki keluarga utuh dan bersedia menjadi keluarga untuk teman yang sedang dalam goncangan. 

Minggu, 14 Juni 2015

Nothing

Ketika semua kurasa sudah berakhir, aku tak tahu kenapa aku meneteskan air mata untuk seseorang yang sama sekali tak menganggapku. Aku diam dalam ketidakpastian dan berjuang tanpa harapan yang pasti. Sifatnya membuatku lelah, aku tak tahu kemana hari ini aku haru mengadu. Aku sudah benar-benar lelah untuk semua ini, aku rasa hanya hidup untuk mengelilinginya tanpa ada harapan untuk disentuh. Aku seperti seseorang yang membuntuti tanpa ada orang yang mau mengerti kenapa aku memperhatikannya. Di tengah kepura-puraan untuk tetap tegar. Seolah dia bahagia dengan dunianya. Begitu mudah melewatkan. Bahkan untuk sesuatu yang kecil terabaikan. Tuhan.. desy med, desy med kaya gini terus. Sampai kapan aku harus berputar seperti ni? Orang yang kurindukan membeciku, tak perduli seberapa keras aku berusaha, ini seperti terlewatkan begitu saja. Aku ingin berhenti, tapi ada apa dengan tubuhku yang selalu menuntunku kearahnya. Ak lelah terjebbak Tuhan, dia membenciku tapi rasa yang ada tak bisa kubendung meski aku berusaha mengabaikannya. Mengapa begitu sulit kebekuan ini cair? Mengapa aku bertahan untuk orang yang sama sekali tak menggubrisku. Lihat betapa bahagianya ia bersama kekasihnya, apa yang aku lakukan? Menganguminya dari jauh? Selalu membela dan mengatakan kebaikannya kepada semua orang yan menanggapnya buruk? Apakah aku bodoh? Semakin aku bertanya mengapa aku disini, aku semakin tak bisa menemukan jawaban. Setiap hari mengakui bisa menerima keadaan dan tersenyum melihatnya bersama oran lain, tapi mengapa hari ini aku menangis? Kulihat percakapan itu, kata-kata yang pernah ku lontarkan untuknya. Kalimat-kalimat yang membuatku akrab dengannya, entah apa yang kupikirkan. Mengapa aku bersedih? Aku bukan bagiannya lagi, aku sudah dilempar jauh dari hidupnya, aku bukan lagi kesayangan, bukan lagi adik yang selalu dimanja bukan lagi gadis kecil dalam pelukannya. Tapi aku merindukan kata-kata itu, aku iri dengan orang-orang yang bisa menghabiskan waktunya bersamamu, menikmati senyummu dan kehangatan hatimu. Aku benci keadaan ini, keadaan yang tak pernah kubayangkan saat bersamamu dulu.

Jumat, 12 Juni 2015

Tanggal sama tahun berbeda. Asal Scrible!!!

Hello 13 Juni :D
Sepertinya kamu datang dengan jadwal yang sama seperti tahun lalu. Yah, tanggal Pembukaan Pesta Kesenian Bali yang ke sekian (gak tau yang keberapa :D) saat seseorang yang ku gagumi mengisi acara itu. Mungkin mengesankan bagi saya datang ke  tempat yang jauh dari pandangan saat usia yang belum mencukupi untuk memiliki SIM. Berawal dari hanya ingin menyaksikan menjadi bibit kenekatan untuk saya berkendara jauh untuk pertama kalinya, berkendara di tengah keramaian saat saya belum benar-benar tahu bagaimana cara berkendara yang baik. Awalnya aku pergi mengajak teman sekolahku, tapi mereka memilih untuk pergi bersama pacarnya, akhirnya jomblo pun pergi sendiri. Berbekal pengalaman jalan-jalan dengan seseorang, aku beranikan diri, meski beberapa kali hampir tertabrak dan ngerem mendadak karena belum terbiasa dengan jalanan yang ramai dan riuh. Aku pikir aku tak akan sampai, nyasar berkali-kali, dan rasanya ingin menangis. Terlantar seperti gembel, orang yang konyol rela menaruhkan keselamatan hanya untuk sebuah pertunjukan itu. Beruntung aku mempunyai kakak yang setia, meski ia sering memarahiku ketika aku bertindak nekat dan bodoh hanya untuk orang yang tidak menghiraukanku. Berulangkali bercakap agar aku menyerah, tapi aku tak pernah perduli ucapannya, yang aku tahu aku hanya ingin melihatnya, melihat ia bersama impiannya, bersama hal yang membuatnya bahagia. Aku senang melihat laki-laki yang gembira dalam impiannya, meski aku tahu aku bukan salah satu dri itu lagi.
Hari itu adalah hari Jumat tepat satu bulan aku putus dengan laki-laki itu, sebut saja namanya Ratam. Aku begitu mengaguminya, sejak awal aku masuk sekolah menengah atas. Terdengar seperti dongeng memang, tapi entah kenapa yang terjadi seakan mengikuti imajinasiku yang membuat aku semakin gila. Aku nekat berkendara tanpa SIM, untuk melihat pertunjukkannya, dan setelah itu ia mengucapkan terimakasih untuk orang lain dan dengan jelas mengatakannya padaku bahwa orang itu kekasih barunya. Menyedihkan bukan? Mengejar gelembung yang terbang dan menyatu dengan udara. Aku berfikir ada yang salah dengan angka 13, munkin aku sudah percaya dengan mitos angka sial itu. Sesuatu yang buruk beberapa kali terjadi di tanggal itu. Bertengkar, berpisah, punya pacar baru, diabaikan dan hal konyol lainnya.
Impian yang indah melayang tanpa tujuan, entah akan ku gapai atau tidak. Aku ingin menyerah tapi aku masih ingin melakukannya. Aku ingin berhenti tapi aku masih ingin terus berjalan. Aku ingin berpindah tapi tak ada persimpangan yang ku temui. Jika dibilang jalan buntu, aku masih memiliki pandangan yang luas di depanku. Jika bukan jalan buntu, mengapa yang ada hanyalah kisaran hidupnya. Apa yang tak bisa kutemui pada orang lain? Apa yang Ratam miliki hingga ia begitu istimewa? Kenapa posisimu begitu sulit untuk ku geser dari prioritasku? Kenapa aku  menginginkanmu meski aku mengabaikannya? Apa kehebatanmu? Apa yang membuatku tak mudah meleas ini semua?
Memiliki sahabat-sahabat yang baik, aku sangat bersyukur, tapi aku tak pernah berfikir apa aku benar-benar bahagia seperti sebelumnya. Aku tak tahu apa yang membuatku benar-benar senang. Aku tak tahu apa tawa ini benar-benar kesenangan. Tidakkah hanya untuk terlihat baik-baik saja. Meskipun aku tahu jawabannya, aku tak yakin orang-orang mau mngerti. Jika aku lebih suka keheningan, lebih suka melakukan sesuatu sendiri, orang lain memandangku sebagai orang yang angkuh, dingin, bengis, dan tak tahu ampun. Terlepas dari tiu, aku melihat orang lain menikmati dengan santai, bahkan saat ia tak mengerjakan tugas, saat ia mendapat nilai yang bagus dari kecurangan, mereka tak punya rasa bersalah sedikitpun. 
Sampai detik ini, aku belum tahu apa yang aku inginkan, akan seperti apa hidupku dimasa depan. Bagaimana aku merencanakan semuanya. Memikirkan itu semua, sudah membuatku seperti oang tua. Tapi kenapa, aku masih dianggap bermain-main, aku tak punya waktu untuk bercerita kepada mereka, meminta saran untuk masa depanku dan mungkin aku tak memiliki banyak keberqanian untuk itu. Aku keras kepala, meski aku salah, aku tak yakin berapa orang yang mampu dengan baik menangani sifatku, tapi belakangan aku lebih berusaha diam, meskipun setelahnya sedikit membuat rasa sakit karena aku tak mengungkapkannya. Walaupun melelahkan sesuatu yang indah pasti akan terjadi.
Hari ini tanggal 12 Juni 2015, entah apa yang akan terjadi 13 esok hari. Apakah akan sama seperti 13 Juni sebelumnya. Saat aku benar-benar berharap kepada seseorang, justru aku dilepas begitu saja. Bahkan ia terlhat begitu bahagia setelah apa yang dilakukan. Kadang itu membuatku benci dengan laki-laki. Benci terikat dengan sesuatu. Dan aku tak tahu apakah aku benar-benar dalam keadaan baik hari ini. Mungkin aku jahat, karena mendoakan eseorang yang menjalin hubungan baik. Aku egois meminta segalanya pada Tuhan. Entah itu kebahagiaan sesaat atau abadi. Myone...
Good Night, asal Scrible

Jumat, 22 Mei 2015

Yang Dianggap Kekanakan

Aku tersenyum setelah kebiasaanku meretweet hal-hal yan konyol, hal-hal yang mungkin menjijikkan bagi mereka yang menganggap diri mereka mampu, meretweet sesuatu tentang karakter dan sifat seseorang dari zodiac dan kelahiran dan hal-hal gila lainnya tentang cara mengetahui kepribadian, test-test konyol yang kesemuanya itu dianggap sebagai sesuatu yang kekanak-kanakkan dan kurang kerjaan. Pertama aku mendengar selaan itu aku sempat berfikir benarkah seperti itu? Apakah untuk gadis seusiaku itu bukan hal yang wajar? Tapi ketika aku terus berjalan dan terus berusaha mencari jawabannya, tak ada yang bisa kutemukan. Tapi satu hal yang aku tahu, aku hanya ingin melakukan apa yang aku lakukan, apa yang tidak menjadi beban orang lain dan yang aku tahu dari situlah sebagian kecil kabahagiaanku berasal. Mencoba hal-hal unik, meskipun itu bukan kebenaran yang pasti. Setidaknya aku bisa mengetahui bagaimana aku, dan menjadikan hal yang aku dapat sebagai referensi tuk melangkah nantinya. Setiap orang punya kegemarannya sendiri, kegemaran yang mendatangkan suka dan tawa ketika seseorang di dalamnya. Tidak sedikit orang yang sepertiku, menyukai hal-hal yang kekanakkan, tapi tak akan ada alasan yang sama ketika kamu bertanya mengapa mereka menyukai hal-hal menggelikan seperti ini. Kebahagian bisa datang dari mana saja, dari siapa saja, dan kapanpun itu, kebahagiaan bukan sekedar tawa tapi ketika merasakan ketenangan dalam diriku aku akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya ketika tak ada sesuatu yang lalu lalang dipikiranku. Dan ketika kamu bertanya mengapa aku kekanak-kanakan, aku akan mengatakan "ini bukanlah kegemaranku, ini bukanlah hal yang aku harapkan karena aku tidak mendapatkan tempat untuk mereka melihat kedewasaanku, dan aku melihat anak kecil yang begitu menyenangkan dan mungkin menjadi seseorang seperti anak kecil itu bukan larngan. Tapi setidaknya aku akan merasa lebih baik dengan ini, mendapatkan sedikit tawa dan menutupi apa yang sebenarnya ada. Aku tidak berniat untuk lari hanya saja aku ingin ada dalam sesuatu dimana seseorang tak bisa melihat keresahanku dan berharap mereka yang mengenalku dalam zona itu tak memikirkan hal yang rumit tentang aku. Aku hanya ingin menikmati dunia dan memiliki kehiduan yang setidaknya menyenangkan karena kembali aku bukanlah anak yang mudah bercengkrama dengan orang lain, aku bukan pribadi yang menyenangkan, dan karena aku tak ingin meninggalkan kesan gadis dewasa dengan pribadi yang kaku :D Bukan berarti aku tak ingin menjadi dewasa, hanya saja aku lelah untuk berhadapan dengan oang-orang yang ingin menjatuhkan, memanfaatkan dan melihat orang-orang yang saling menunjukkan egoismenya. Terlepas dari semua itu, sesuatu yang kekanak-kanakan bukan hal yang buruk, mereka yang kekanak-kanakan belum tentu tidak dewasa mereka mungkin udah menyusun dan memprogram dirinya sesuai tujuan hidupnya, dan mungkin mereka lebih dari yang kamu pikirkan disaat mereka memiliki keresahannya sendiri tapi mampu menjadi pribadi yang seolah tana beban, jangan pikir mereka lemah, bagiku mereka adalah yang terkuat. Mereka yang menganggap diri mereka dewasa justru adalah orang yang kagum akan mereka yang kekanak-kanakan dan ingin menikmati hidup seperti mereka. Jadi abaikanlah tulisan-tulisan yang kubuat ini, aku hanya menjadikan blogku untuk tempat menulis karena jika aku menulis dear diary itu terlalu ribet dan tulisan tangan yang seperti kaki ayam ditambah aku tak suka menulis :D

Selasa, 19 Mei 2015

Berbagi cerita

"Berbagi kesedihan akan mengurangi setengahnya dan berbagi kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu". Aku rasa kutipan itu ada benarnya, karena setiap kali aku mengatakan apa yang aku rasakan kepada sahabat dan teman terdekatku, aku merasakan kebaikan melimpah dalam hatiku. Namun berbeda dengan setahun belakangan ini, aku bingung ingin berbagi kepada siapa hari-hari yang aku alami lengkap dengan cerita di dalamnya. Ntah karena apa, aku rasa aku sudah tak nyaman lagi, aku rasa tak ada gunanya berbicara kepada orang lain yang hanya mendengar dan kadang tak sealur dengan apa yang aku ungkapkan. Mungkin ada rasa trauma yang masih membekas karena luka setahun silam, saat orang yang aku yakini akan menjadi kakak terbaikku itu pergi karena kesalahpahaman :D 
Aku tahu, aku tak lihai mengungkapkan sesuatu dengan benar, kadang berbelit-belit dan kadang aku berbicara tanpa mencapai maksudku. Tak  banyak yang bisa ku perbuat, meski aku berusaha menjelaskan dengan benar tapi tetap saja mereka menganggap ucapanku apalah :( Itulah sebabnya aku memutuskan untuk ngeblog dan mengungkapkan apa yang ingin aku ungkapkan disini. Ini hanyalah sekedar ungkapan, ntah kalian yang membaca menanggapinya seperti apa, aku tak perduli.
Pertama aku bukan orang menyenangkan, orang bilang aku itu galak, membosankan, dan keras kepala, aku orang yang moody, masih labil banget :D. Zodiacku Capricorn dan kalian bisa tau gimana sifat-sifat buruk kambing gunung itu mewaris di keturunannya. Yang kalo ngelakuin sesuatu yg dibenci pasti butuh perintah berkali-kali dan jeleknya malah balik marah-marah kalo digituin. Type orang yang mandiri "katanya", kalo menurutku sih mandiri kalo udah di luar rumah, tapi kalo masih dizona nyaman ya manjanya gak ketulungan. Aku suka berpetualang, yah kaya jalan-jalan ke jurang-jurang dengan pemandangan yang eksotic, jalan-jalan ke perairan dengan batu-batu yang menantang, dengan oksigen yang masih banyak, dan kesejukan yang masih terasa. Aku ga begitu suka sama tempat yang rame-rame ga jelas, ga suka di ajak jalan-jalan ke supermarket soalnya itu bikin aku belanja barang yang gak penting :3 Tempat yang paling nyaman menurutku adalah kamar tidur, sama udara malam dan bintang-bintang yang banyak. Benar-benar bocah ingusan :D
Aku tergolong orang yang agak susah bergaul, gak banyak omong sama orang lain, tapi kalo udah ngumpul sama sohib ya cerewetnya ga ketulungan, tipe orang yang santai tapi banyakan nganggep serius. Oh ya, tipe orang yang sulit move on juga :v tertarik ndengan hal-hal yg berbau humor, benci yang namanya dibohongin sekecil apapun. Ngomongin soal move on, temen-temen bilang udah hilang harapan buat nyaranin aku. Yang ada malah mereka yang minta saran buat move on, dan duluan dapet gebetan :3, gimana gak nyesek? Ada yang bilang :
  % : Dess move on dess, masih banyak yang lebih ganteng, yang mu sama kamu!
  Gue : *hening* (senyum dikit terus biasa aja)
Ntah berapa kali denger kata-kata itu. Ada juga yang bilangin :
  % : Kapan move on? Mantan uda upload foto sama cewe barunya
Gue : Serius? *hening*
  %  : Iya.. nih liat *nunjukin instagram
Gue : Wih hebat yah, keduluan gue *mata kelilipan
  %  : Ga cemburu kan lo?
 Gue: Pergi dulu ya :D
Sampe rumah nangis darah, tapi setelahnya tetep enjoy :D Setelahnya dateng tuh yg nasehatin :
%  : Gue putus sama pacar gue, gue ga bisa tanpa dia :(
gue : kan banyak cowo yang mau sama elo!
%  : tapi cuma dia yg ngertiin gue, cuma dia, cuma dia, cuma dia, dan blablablabla
Orang bisa nasehatin orang lain saat dia tak ada di posisi mereka, tapi setelah ia diposisi yang sama apa mereka mengaplikasikan nasehat yg prnah mereka lontarkan? Nggak :3 pernah juga aku ngebilangin info terbaru ke temen tentang gebetan mantannya, ehh malah jadi kelilipan matanya :3 Abis itu nangir tragis gitu.
Tapi dari semua yang aku lihat dan aku alami sendiri, tangisan itu membuat lega meskipun tangisan itu kadang ditertawakan, menganggap tangisan itu adalah kelemahan, tapi bagi orang yang menangis itu adalah hal yang mampu mengungkapkan hal yan melegakan setelah cukup lelah menyembunyikan yang ia rasakan tanpa bisa berbagi cerita dengan orang lain. Seseorang perlu beberapa tetes air mata untuk mengurangi setengah beban mereka sebelum memulai sesuatu yang baru. Itu bukan karena mereka lemah tapi karena mereka lelah dengan kata-kata orang lain yang tanpa sengaja membangkitkan sesuatu yang berusaha mereka kubur. Bukan mereka tak bisa memulai yang baru, tapi karena kekhawatiran yang mereka miliki, luka yang tercipta memiliki trauma tersendiri bagi seseorang, itu tergantung berapa tekanan yg mereka hadapi dari sekelilingnya, kadang terus berusaha mencari-cari orang yg tepat namun selalu saja mendapati hal yang sama. Jadi semua orang punya problem sendiri meski orang genius sekalipun, yang bodoh mengejar impian yg mereka targetkan dan si genius yg bingung dengan impian-impian yg mengejar kepintarannya itu,

Sabtu, 18 April 2015

Tulisan Cerpen

GEJOLAK ASMARA
Karya : Desy Widhi Utami
Ketika sang surya kembali menuju peraduannya, begitu ku rasa rindu ini menjelma dalam keheningan malam. Detak jarum jam seolah menghitung detik kerinduan yang tak pernah terhenti. Bintang berkelip pancarkan gemerlap cahaya mengisi sudut di kegelapan malam. Seperti biasa dalam kekosongan ku tatap rembulan, kupejamkan mata dan biarkan dingin malam merasuk menyelimuti kalbu. Hal yang ku senangi sembari melepas lara yang kerap menyinggahi hatiku sesaat setelah kepergian seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Seseorang yang menjadi tonggak ketika ku hilang arah, seseorang yang menerangi jiwa ketika cahayaku mulai meredup.  Ratam begitulah orang-orang memanggilnya, pemuda berusia 19 tahun yang sangat mencintai kerawitan.
***
Cerita ini dimulai pertengahan tahun 2013 ketika aku mulai mengenyam pendidikan di bangku SMK, tepat tanggal 30 Juli 2013. Ketika aku sedang asyik mengutak-atik jejaring sosial facebookku, tak disangka-sangka datang untaian kalimat sederhana dari bocah seperjuanganku dulu. Seorang bocah yang terkenal jahil dan menjengkelkan waktu kecil, dia adalah teman sepermainanku di sanggar tari ketika aku masih duduk di kelas 3 SD. Ya dia adalah Ratam, pemuda yang kini telah beranjak dewasa. Dia mengirimkan sebuah pesan yang mengundang rasa penasaranku.
“Hhhmmm…”
“Kenapa??”
“Gak kenapa, gak boleh  ya? hehe” sahutnya…
“Oh boleh kok!”
Begitu percakapan awal kami dimulai, karena dendamku terdahulu. Lebih-lebih karena ibuku menganggap ia bukanlah pemuda yang baik membuat aku bersikap judes kepadanya. Hal ini membuat ia sedikit jengkel, hingga ia menyelaku.
“Judes banget kamu De…”
“Siapa yang judes? Gak usah sensi gitu kali Kak”
“….
Namaku Dera, dan aku memanggil Ratam dengan sebutan kakak karena ia lebih tua dariku. Aku tahu betul bagaimana perasaannya bila ada seseorang yang membuatnya jengkel, hal ini membuat hatiku tertawa geli membayangkan raut wajahnya membaca pesan yang ku kirim waktu itu. Dan ini adalah komunikasi pertama kami setelah dia berhenti sanggar tari.  Hingga akhirnya Ratam berusaha mengalihkan topik pembicaraannya.
“Nggak kok, mana mungkin kakak sensi sama kamu dadong kecilku”
“Hahaha… Masih ingat  juga sama dadong ya”
Aku terkesan membaca pesan Ratam ini, ternyata setelah sekian lama berpisah dan tak saling menyapa Ratam masih ingat panggilan ia semasa kecil untukku. “Dadong” adalah panggilan khasnya, percakapan ini kembali membawaku dalam bayang-bayang masa kecil penuh kegembiraan bersamanya. Ia adalah teman sejawat yang senang menjahiliku dan sering kali membuatku menangis di sela-sela latihan tari, walaupun begitu aku sangat senang bermain bersamanya. Percakapan terus berlanjut menanyakan kehiduan pribadi masing-masing, saling sharing hingga akhirnya kami bertukar nomor kontak agar lebih mudah berkomunikasi.
***
        Sejak saat itu, kami mulai menjalin komunikasi yang baik. Kami mulai mengenal satu sama lain dan Ratam mulai megirim sinyal bahwa ia menyukaiku. Aku menyambut positif sinyal tersebut, karena aku juga merasa nyaman bersamanya, walaupun sebenarnya aku sudah lama memendam rasa pada seseorang yang tak lain adalah sahabat karibnya bernama Kara.  Akan tetapi Kara sendiri telah memiliki kekasih hati dan aku tak mau merusak hubungan itu. Ku putuskan untuk menjauh dari Kara, tuk mencari peraduan hati yang lain. Dan saat yang bersamaan Ratam hadir mengisi hari-hariku, mengukir senyum indah dan kembalikan suasana cerah hatiku. Hingga tepat di tanggal 29 Agustus 2013, Ratam mengutarakan maksudnya, ia menginginkan hubungan kami tak lebih dari sekedar teman kecil. Aku mengerti maksudnya, dan aku sudah memikirkan matang-matang hal itu. Kesempatan ini ku ambil sembari melupakan rasa sayangku terhadap Kara.
        Tak bertahan lama, kisahku semakin alot. Rasa nyaman yang ku rasa bersama Ratam mengikis, aku mulai gelisah berada di dekatnya. Aku tersadar hatiku tak sepenuhnya ingin bersamanya. Aku merasa risih akan keberadaannya, terlebih ketika  aku mendengar bahwa pergaulan Ratam semasa SMA brutal dan sering bolos sekolah. Apalagi urusan hati, Ratam terkenal sebagai sosok yang flamboyan dalam menjalin hubungan. Ratam menyadari perubahasan sikap dan kegelisahanku. Ratam tahu bahwa aku tak sepenuhnya menyayanginya layaknya seorang kekasih, aku menjadikannya pelampiasan ketika ku jenuh menunggu seseorang yang tak kunjung datang hingga tepat pada anniversary kami yang ketiga bulan Ratam memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
***
        Hari semakin cepat berlalu, tak ada lagi kabar manis yang ku dengar darinya dan aku sempat berfikir tak akan ada lagi cerita tentang aku dan Ratam. Namun setelah terpisah hampir sebulan, aku teringat canda tawa yang pernah menghiasi hariku, entah angin apa yang membuat ku sangat merindukan sosok dirinya. Itu bermula ketika forum seperjuangan kami mulai bersatu, disana ku lihat sosok lain dari Ratam. Ku lihat bagaimana kedewasaannya dalam mengahadapi persoalan dan bagaimana ia menerima sanggahan dari rekan sejawatnya. Sejuta harapan mulai melayang di benakku, kekagumanku mulai tumbuh pada sosok dirinya.
Aku berusaha menghubunginya kembali, mencoba menjalin komunikasi bersamanya. Aku mulai mencari nomor kontak dan menelfonnya beberapa kali. Rasa bersalah muncul di benakku, ketika ku tahu bagaimana ia menerima kembali kehadiranku. Tatapan matanya menunjukkan betapa kecewanya ia terhadapku, namun ia mampu menutupinya dengan sempurna lewat sikap-sikap lembut yang ia tunjukkan terhadapku. Komunikasi terus terjalin, hingga suatu malam kami menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap lewat telepon. Canda tawa mengiringi pembicaraan kami malam itu.  Ratam menceritakan seluk beluk kisahnya yang membuat air mata ini tak terbendung mendengar kisah dan semua nasehatnya kepadaku. Aku mulai mengenal sosok yang jauh tersimpan dan tak pernah ku duga sebelumnya. Sosok yang begitu hangat, penuh kelembutan, perhatian, dan penuh kasih sayang jauh berbeda dengan sosok yang ku kenal selama ini. Sejak malam itulah rasa sayang mulai tumbuh bersemi dalam hatiku, rasa takut kehilangan akan sosoknya kian besar. Hubungan kami semakin erat dan bertambah erat, hingga di akhir bulan Januari cerita ini kembali terangkai mengukir kenangan-kenangan indah yang tak terlupakan. Semua cerita buruk yang pernah ku dengar tentangnya kini tak lagi menghantuiku, cerita-cerita yang benar adanya namun Ratam memiliki alasan yang meyakinkanku bahwa ia bukanlah orang yang negatif.
***
        Asmara kami terjalin sangat indah, aroma-aroma cinta mekar merekah diantara kami. Hasrat yang membara menelusup ke dalam sukma warnai jiwa yang pernah kosong. Kelembutan dan kasih sayangnya membawaku terbang melayang, yang membuat kami mabuk dalam  belaian kehidupan. Hingga badai datang menerpa kisah kami, kebahagiaan kami kandas oleh restu orang tua yang kembali menenggelamkan jiwa dalam kesedihan. Bak meriam jatuh hancurkan taman hati menjadi kepingan-kepingan yang tak tersiram kasih sayang. Kamis tepat di hari kelahirannya, ia menceritakan kebingungannya.
Dengan ragu-ragu Ratam mengawali pembicaraan . “Dede, kakak mau ngomong sesuatu boleh?”
“Iya, tentu saja boleh kak…”
“Tapi dede janji, dede gak boleh benci sama kakak, dede gak boleh sedih”
“Iya kak, emang kakak mau bicara tentang apa?”
“…
Ratam tahu betul bagaimana sifatku, ia berbicara dengan sangat perlahan agar tak mengundang kecemasanku, namun sikapmya justru menimbulkan rasa penasaran dalam diriku . 
“Dede beneran sayang sama kakak?”
“Kenapa kakak nanya kaya gitu? Kakak udah gak yakin sama keseriusan aku?”
“Bukan begitu sayang, kakak percaya kok sama dede, percaya banget malah…”
“Lantas kenapa kakak bertanya seperti itu? Apa kakak yang udah gak sayang lagi sama dede”??
“Bukaan gitu sayang, dede yang tahu gimana sayangnya kakak sama dede, dan kakak sama sekali nggak meragukan ketulusan dede, Tapi ..…”
“Tapi kenapa kak…? Jangan bikin dede bingung kaya gini”
“Sebenarnya kakak bingung sayang, seminggu yang lalu kakak ditanya sama orang tua kakak apa kakak sudah punya pacar, kakak jawab belum. Beliau bilang kalau seandainya nanti kakak nyari pacar, usahain jangan anak sekolahan, carilah yang sepadan sama umur kakak. Itu pesan orang tua kakak de. Tapi disisi lain kakak sudah terlanjur milih kamu, kakak juga sudah sayang sama kamu, kakak gak mau pisah sama kamu sayang”
Terpukul mendengar hal itu, bibir ini seolah terkunci tak ingin bicara satu kalimat pun, namun deraian air mata deras mengalir di sudut pipiku. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi esok, karena hatiku terlanjur memilih Ratam. Hatiku terkoyak mendengar hal itu, seluruh tenaga ku hilang, suaraku melemah. Seolah tak ada lagi cahaya yang menyinari ruanganku kala itu, akalku tak dapat berpikir jernih, semua terseret arus gelombang malam hari itu. Di akhir pembicaraan itu Ratam memberiku seuntai kalimat “Jaga baik-baik dirimu Dera, kalau kamu menyayangiku, kakak mohon berjanjilah kamu harus tegar dan kuat tanpa kakak, belajar yang rajin buat orang tuamu bangga, raih cita-citamu. Kakak disini mendoakanmu sayang, kakak akan bangga melihatmu berhasil. Maaf kakak hanya sampai disini bisa menjagamu. Maaf juga atas kesalahan-kesalahan kakak selama kita bersama, ingat pesan-pesan yang pernah beri untukmu, yang baik smpan dan yang buruk buang sayang. Kakak selalu menyayangimu sayang ILYSM Dera”. Kata-kata terakhir yang semakin membuat air mataku mengucur deras.  Dilema menghampiriku di tengah-tengah keputusasaanku, aku mencoba menyemangati diri sendiri, berusaha percaya bahwa masih ada jalan untuk kami tetap bersama. Komunikasi masih terjalin sangat baik, melodi kasih masih menyeruak dalam hati kami. Ku coba untuk mencari hal baru dalam hidupku, meskipun kesedihan itu masih membekas tapi aku tetap tegar seperti yang Ratam inginkan.
***
Keajaiban kembali datang menghampiri membuat Ratam kembali datang menjawab penantian, ketidakpastian, dan keputusasaanku. Ku rasa siraman kasih sayang yang telah lama kunantikan. Tak terlukiskan betapa bahagianya hariku setelah Ratam kembali hadir dalam setiap langkahku. Bagai bunga bermekaran di musim semi menyambut mentari yang baru bangkit dari peraduannya. Canda dan tawa kembali menyulam bibir ini, menyuarakan hati yang terlepas dari raut kesunyian. Namun kebahagiaan ini tak bertahan lama, selang beberapa hari pertentangan yang menguras emosi kembali memisahkan kami. Ketika rasa cemburu datang menghampiri membuat Ratam hilang kendali dan menimbulkan perpecahan yang menggores luka dalam hati. Berawal dari kesalah pahaman yang tak kunjung menemukan titik terang hingga semuanya jatuh tenggelam dalam kegelapan malam, menggugurkan bunga yang sedang merekah dengan indahnya kala itu.
***
Kini yang tersisa hanyalah kenangan, kenangan yang terajut indah yang selalu bangkitkan kesedihanku. Tak ku sangka semua berakhir secepat ini, perjalanan penuh lika-liku. Kisah yang bergelombang hingga berujung pada penantian panjang. Ratam adalah sosok yang mampu menjadi seorang kekasih, sahabat, sekaligus kakak bagiku. Layaknya remaja seusiaku konflik perasaan mewarnai setiap langkah yang kulalui, tebing terjal mengiringi perjalanan ku melewati setiap lekukan kehidupan ini. Terlebih dalam urusan hati. Dalam usia yang rentan terhadap dilema aku berusaha untuk menahan diri agar tak larut dalam emosi yang goyahkan jiwa. Dilema yang diselimuti oleh aroma cinta yang mulai merekah, yang mampu korbankan hasrat membara pada setiap insan yang merasakannya. Menulusup jauh ke dalam sukma hingga seringkali mengancam ketenangan dan kedamaian hati. Namun tanpa disadari konflik perasaan ini sering menjerat diri dalam kenangan dan perasaan hingga dilema hantarkan remaja mengenal hamparan dunia yang kejam ini